Karangasem - Bali kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan karena tersohornya pariwisata yang dipertunjukan, tetapi Gunung Agung yang ingin memperlihatkan keagungannya.
Selasa 22 November 2017 kemarin, dia mengeluarkan tajinya. Tanpa disertai tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan, melalui asap yang menebal, dia meletus.
Meski begitu, ada yang beranggapan hal ini biasa saja. Sebut saja Nyoman Sudiarti (42). Dia tinggal di Desa Nawa Kerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali atau sebelah barat Gunung Agung.
Dia menyadari bahaya apa yang terjadi Selasa kemarin. Dia menyebut kampungnya sempat dihujani hujan abu vulkanik Gunung Agung.
"Di atas daun ada. Seperti hitam dengan putih. (Rumahnya) enggak terlalu tebal (abunya)," ucap Sudiarti saat menunaikan ibadah di Pura Besakih, Karangasem, Rabu (22/11/2017).
Menurut dia, abu tersebut juga menutup jalan desanya. Saking tebalnya, abu yang turun mirip pasir.
Namun, dia menilai ini adalah hal biasa. Dia sudah pernah mengalaminya hal serupa. "Sudah biasa. Karena pernah mengalaminya dulu. Kalau dulu pasirnya jatuh, sekarang kan enggak," tutur Sudiarti.
Karena alasan seperti itulah, dia menolak mengungsi dari desanya. Dia masih ingin beraktivitas seperti biasa. Sudiarti mengklaim desanya tidak terlalu kena, walaupun saat Gunung Agung meletus, suaranya terdengar kencang.
"Saya enggak pernah ngungsi. Biasa saja. Sembahyang di pura, terus pulang. Gitu aja. Desanya engak begitu kena, agak ke sana. Tapi kencang (keledakannya)," tutur Sudiarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar